Bulan Cinta
Banyak semoga di bulan ini, kata mereka Januari adalah bulan percobaan. Mungkin tersiksa dengan resolusi diri yang tiba-tiba harus di penuhi namun berakhir dengan hasil yang tak di harapkan. Mungkin manusia harus mencoba memaknai bahwa resolusi adalah proses berkelanjutan dan bukan mengenai hasil yang akan ada di depan mata dalam hitungan akhir dari sebuah bulan.
Selamat atas keberhasilan setiap insan yang menaruh harapan di awal bulan tahun ini. Kita berhak untuk merayakannya dengan hati yang lapang dan jiwa yang berseri-seri menerima datangnya bulan berikutnya yang kata mereka penuh dengan cinta. Tenanglah, ini hanya satu bulan yang berlalu dan itu membawa pelajaran baru dalam kehidupan tiap kita.
Bagaimana kalau kita menyemogakan bulan ini, meskipun takut untuk meletakan harapan yang tinggi karena ketakutan yang timbul saat melihat hasil akhir di setiap bulan membawa kita pada tahap “Mungkin tak harus ku letakan harapan setinggi ini, biarkanlah saja berjalan”.
Bagaimana kalau kita mulai beranjak dari pemikiran yang mengekang sebuah kebebasan jiwa dalam berharap. Bagaimana jika kita mulai belajar bahwa semua kejadian terjadi dengan satu alasan agar kita mau belajar lagi untuk mencapai versi terbaik dari diri kita.
Jika hidup sesederhana mencoba dan gagal, maka bisalah kita mencoba terus dan jika itu gagal kita bisa mencobanya kembali. Tak ada yang salah dengan terus bangkit dan berjalan lagi, kita tak akan mati di tempat dan menyesal. Kau bisa percaya padaku dan bisa pula tidak. Tapi bukankah hidup selalu mengenai menjadi versi terbaik dari diri kita?
Jika begitu betapa cintanya kita terhadap diri kita masing-masing, membiarkan diri berharap sesuatu yang Indah dan jika jatuh, kita akan mengumpulkannya dengan hati-hati dan membangunnya kembali. Bukankah itu makna dari cinta? Mengapa kita bisa memperlakukan cinta yang kita anggap sejati kepada manusia yang lain dan tak mencoba memperlakukan diri kita dengan sama?
Ingatlah, tak ada yang salah dalam berharap yang baik bagi diri kita. Coba pandangi lagi matamu yang berbinar saat melihat dirimu di depan cermin. Mulutmu yang kerap membangkitkanmu dengan kata-kata dari setiap derita yang menjadi cerita yang membangkitkan. Telingamu yang selalu mendengarkanmu berkeluh kesa dan memuji akan setiap kebaikan yang telah kau lakukan. Tanganmu yang membantumu menghapus setiap air mata dari setiap kegagalan. Kakimu yang tak berhenti untuk melangkah dan membawamu terus berjalan dan kadang berlari tanpa mengeluh padamu.
Jika setiap bagian dari tubuhmu tak pernah menyerah dengan setiap kejatuhan dalam hidupmu. Maka mengapa kau harus menyerah untuk berharap sesuatu yang baik bagi mereka? Bukankah saat kau mencintai manusia yang lain, kau memuji setiap keelokan, kepintaran, dan luwesnya isi pikiran mereka?
Maka, adakah lagi alasan bagimu untuk tak mencintai keindahan mu dalam setiap goresan luka? Ini hanyalah hidup, jika hujan dan badai bisa berlalu, begitu pun dengan kegagalan. Jika kau merasa mengapa bahagia hanya mampir sebentar dan kemudian pergi, maka cobalah melihat kesedihan yang pun hanya mampir dan akan pergi.
Aku tak menjanjikan hari yang cerah tanpa mendung di setiap harimu, saat kau mulai berharap sebuah kebaikan bagi jiwamu. Aku tak menjanjikan bahwa semuanya akan penuh dengan kebahagiaan yang tak bertepi. Namun satu yang aku pahami, dari setiap kegagalan dan kejatuhan pada jiwa yang mulai merasa sepi, akan ada harapan yang baru, pelajaran yang baru dan cinta yang baru.
Kamu hanya perlu bertahan, tetap berdiri, tetap berharap dan tetap mencintai setiap helai dari rambutmu hingga ujung kakimu.