Die and Alive
Kulitnya merasakan air hujan yang turun, otak yang berpikir namun hati yang beku dan memori yang hilang. Tak ada yang tersisa dalam ingatannya, hanya dendam yang membeku dan akan selalu abadi.
Kau yang hidup mampu mengulurkan tangan dan diraih oleh seorang anak kecil yang tercipta oleh cinta antara dua insan. Tertawa dan bersedih sudah biasa, bahkan terkesan cukup membosankan bagimu. Kau adalah dia yang tercipta dari segumpalan tanah liat yang menjadi daging dan di airi di setiap garis nadimu. Namun kau cenderung cepat untuk bosan dengan kau yang mampu merasakan segenap kebahagiaan dan kesedihan yang terus berulang, hingga kau ingin menjadi dia yang mati.
Aku adalah hembusan nafas yang memiliki hati yang beku, dendamku abadi dan tak ada rangkaian maaf dalam setiap tegurku. Aku tak memiliki ingatan yang membahagiakan ataupun menyedihkan. Aku adalah raga yang berjalan di tengan dingin yang telah menyatu denganku. Kau menganggap jiwaku kuat dan tak sanggup kau hadapi. Tapi lihatlah, kau takut hanya karena aku tak terikat dengan ingatan di masa lalu dan hari kemarin.
Kau mulai berpikir, indahnya menjadi diriku yang tak memiliki memory dalam hidup dan perasaan bukan hal yang memonopoli hidupku. Kau ingin menjadi sepertiku dan bermimpi bersamaku dan melihat apa yang kulihat. Namun ku tak melihat, aku di pandu oleh dendam dan tekat yang kuat. Aku mampu bertahan dan berteman dengan malam yang dingin, namun kau mencari api unggun untuk mengahangatkan tubuhmu yang lemah.
Kau adalah makhluk yang tak akan pernah bisa menghadapi setiap satu langkah yang aku tentukan. Kau butuh kengatan dan tempat peristirahatan saat mencoba menghadapiku seharian penuh. Dan aku tak pernah membutuhkan itu semua, aku tak pernah menutup mata dan berjalan mengitari tempat kediamanmu dimana kau beristirahat. Aku tak perlu takut akan persedian makanan yang akan habis sebelum musim semi datang. Aku mampu menghancurkanmu yang hidup dan tak berdaya.
Takutlah kepadaku! Namun kau tetap melawan, berharap ada secerca kemengan di dalam setiap langkah yang terlempar. Kau melakukan kesia-siaan, karena menyentuhku pun kau tak bisa. Teruslah terbaring dengan tenang, sampai tombakku menancap di dadamu sembari kau memimpikan dia yang kau cinta. Ini bukan hidup yang kau inginkan, kau melakukan begitu banyak perbandingan. Jika begitu adanya, matilah dan bergabung di tengah kesepian yang selalu kau inginkan. Dimana tak ada ingatan yang berarti dan cinta yang menghancurkan, kuundang kau dan mari berjalan tanpa rasa bersama, memanggil mereka yang membenci sebuah kehidupan.
Dia yang mati adalah dia yang tak memiliki kenangan.