Everyone Worship Something

Trivena GV
3 min readJan 8, 2020

--

Aku berkata “Mereka yang bertuhan terlalu menyembah yang tiada, hingga mengabaikan yang ada”. Ternyata semua makhluk di dunia “menyembah”, pilihannya hanya apa yang kau sembah.

Bertumbuh di dalam keluarga yang sangat mengaggungkan suatu hal dan meletakan hidup sepenuhnya pada hal yang di sembah, sudah menjadi bagian dari masa pertumbuhanku. Mengamati bagaimana manusia menyembah setiap hal dengan penuh gairah, hingga mampu meninggalkan lingkungan terdekatnya. Manusia terpesona dan mengalami kecanduan dengan “apa” yang mereka sembah. Itu di sangka agung dan layak untuk dijunjung, apa pun yang akan terjadi.

Sudahlah!
Saya bertumbuh di dalam lingkungan kristen yang sangat taat (bisa dikatakan begitu,terlepas dari dosa yang coba untuk di toleransi).
Saya tidak terlalu setuju dengan kata ini “Everyone Worship Something”. Itu adalah kata-kata ketuhanan yang digunakan mereka yang mengalami hal yang menguasai dalam diri mereka. Sehingga meninggalkan hal terdekat, bahkan keluarga yang katanya “Berdiam di kaki Tuhan, lebih baik dari 1000 hari di tempat lain”.

Saya masih sangat jelas mengingat, bagaimana papa saya sangat membenci saat saya mulai membaca komik dan bukan Alkitab. Katanya, itu adalah penyembahan terhadap berhala duniawi, hal yang sama terjadi saat saya mulai menyanyikan lagu-lagu pop yang saat itu sangat terkenal. Saya mulai mencari apa itu arti kata menyembah, berserah, beribadah, dan segala yang sangat kental dan terhubung dengan kata “worship”. Sampai di suatu titik, saya mencoba menyimpulkan, papa dan mama melarang saya untuk melakukan hal-hal yang di anggap duniawi karena itu berdasarkan pemahaman “Jika hal itu tidak berasal dari tuhan, dan kita terlalu memuja itu maka itu di anggap sebagai penyembahan”.

Kemudian saya mulai mengamati kebiasaan dan kesukaan dari papa, dia sangat menyukai motor dengan cc yang tinggi. Dia sering menghabiskan uang dengan membeli motor, alat elektronik, dan alat musik. Katanya itu untuk pelayanan bagi Tuhan, agar segalanya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Namun semua perkataan itu bagaikan boomerang baginya, karena pada dasarnya dia sangat mencintai beberapa benda itu dan tetap membelinya dalam jumlah yang cukup banyak. Jika itu untuk kepentingan ketuhanan dan manusia yang lainnya, saya rasa memerikan mereka uang setiap bulan atau membukakan mereka usaha dan mengajarkan mereka cara untuk berbisnis adalah hal yang terbaik.

Saya bertumbuh dengan mengamati kejadia-kejadian yang tak tahu apakah itu dilihat oleh sebagian orang di dalam rumah atau pun gereja. Saya sampai pada tahap untuk tak memilih kata “worship” untuk menekan sesuatu yang orang lain lakukan yang katanya “berlebihan”.

Bagaimana bila “worship” di artikan dengan “appreciate, admire, value, prioritize, love, honor, respect, obey, or praise”. Namun itu tidak cukup untuk di anggap sebagai perwakilan dari kata “Worship”. Saat kata worship digunakan, menurut saya itu menjurus pada hal meninggalakan sesuatu, itu mengandung “sacrifice and of surrender”. Saya membayangkan bagaimana jika ada satu hal yang harus di korbankan dari manusia atau bumi saat mereka menyembah suatu hal.

Saya memutuskan, untuk tidak mengambil nasehat dari manusia terdahulu mengenai “Dengarkan apa kata orang tuamu atau yang lebih tua darimu”. Tak semuanya harus diambil dan di telan mentah-mentah tanpa di cerna dan di amati. Mungkin manusia terlalu malas untuk mempertanyakan hal yang di rasa tak harus untuk di pertanyakan.

Papa dengan segala benda-benda dan kepercayaannya saya anggap sebagai seseorang yang mem-Value sesuatu. Jika begitu saya pun mulai memahami, membaca buku yang bukan alkitab, menonton film yang bukan bersifat keagamaan adalah hal yang saya anggap memiliki nilai yang saya senangi, dan tak perlu di katagorikan sebagai jenis “Worship”.

Saya tidak ingin terjebak di dalam loop yang menganggap kecintaan akan sesuatu adalah kesalahan. Saya pun tak ingin untuk di pertnyakan “Are you a believer”, karena mereka mengaggap believer pastilah dia yang memiliki iman. Tidak semua orang yang percaya memiliki apa yang mereka bilang dengan “Faith”. Belief dan faith adalah hal yang berbeda dan tak berada dalam satu kesatuan.

Ini di ucapkan kepada mereka yang pun dalam lingkaran yang sama, kemudia mereka menempatkan kata-kata mereka yang salah satunya adalah “Worship” kepada manusia yang tak dalam lingkaran yang sama.

Untuk menutup tulisan ini saya akan meninggalakan beberapa kata yang cukup relate.

Saya cukup setuju dengan kalimat yang berasal dari seseorang bernama Shane Thrapp:

I don’t worship anything.
I value life.
I appreciate science and its potential, and fear its misuse.
I am in awe of the universe, that small bit I get to be a part of and experience.
I marvel at nature and how adaptable and codependent the ecosystem that our world is.
I love how beautiful mankind can be when they fulfill their potential.
And I am saddened by mankind when they allow themselves to regress and show hatred.

I don’t worship anything, but I love our world and I have hope that we can do and be better.

--

--

Trivena GV
Trivena GV

Written by Trivena GV

Vinyasabyvena.com | Yoga Teacher | Practice Stoic in daily life | Varies in nature and art of life | There is no one-size-fits all to live your best life

No responses yet