Kebosanan

Pernahkah merasa tiba-tiba ingin tertawa, menangis, jatuh cinta, namun tiba-tiba ingin kau kosongkan saja hatimu.

Menghilangkan hati, bisakah?
ah, nanti pasti mati.
Ingin bercakap dengan Tuhan, namun nampaknya dia sedang sibuk.

Bagaimana kalau mendengarkan lagu yang itu-itu saja.
Atau berjalan di jalanan yang tak ada terotoar sama sekali.
Mungkin mencari Ice cream tebaru tidak begitu buruk.
Bagaimana kalau mencari masalah dengan beberapa orang yang tak pernah memiliki masalah, tapi apakah ada orang seperti itu?

Waktu perlahan tapi pasti selalu menuntun kearah yang sama, seperti tak ada yang baru. Menyebalkan, namun yasudalah!
Bisakah ku lari ke tempat lain? Sudah ku coba, namun aku sendiri yang membatalkannya. Kemana sebenarnya akan kubawa hidupku? Sangat abstrak dan tiba-tiba, aku tak suka hidup yang menua dan tanpa rencana.

Bagaimana kalau hari esok tak mau menungguku, membiarkan ku mati dalam tidur. Apakah aku akan bahagia?
Aku bosan dengan lagu sedih, lagu bahagia dan lagu yang penuh dengan semangat.
Aku bosan dengan bacaan yang menyeimbangkan mimpi dan realita, emosi yang tertata, dan hati yang kuat setelah datangnya badai.

Aku butuh udara segar, tapi bagaimana kalau ternyata aku bosan dengan udara segar?
Mati pun nampaknya bukan jawaban, dan hidupku nampaknya terlalu datar.
Haruskah aku membunuh manusia yang lain? Jika polisi mengintrogasiku, akan ku jawab dengan, “saya hanya bosan menjalani hidup, jadi ku bunuh saja dia”.
Apakah penjara akan sangat mengasah jiwa petualang ku?

Wah, ternyata kebosanan itu sangat menyebalkan, aku mulai terambang. Aku mulai benci menjalani hari. Sebentar, aku tidak benci! Aku tak merasakan apa-apa, ini semua terlalu datar, hidup mulai membosankan.
Apa yang harus aku lakukan?
Mungkin aku harus menyerahkan diriku pada gereja dan menjadi biarawati. Nampaknya cukup menantang saat harus menahan diri tak menyentuh pria lain.

Rupanya aku memanglah seorang manusia, aku bosan dengan segalanya.