Tentang Sedih
Air mata adalah lambang dari ketulusan, namun dia sering datang bersamaan dengan datangnya cinta.
Ku lukiskan air mata di setiap dinding memori. Kembali kumengingat seberkas goresan dalam sedih.
Hatiku berteriak bersama suara sang malam.
Mengapa ada air mata di kala bahagia mulai menyapa?
Mengapa dia yang harus menyakiti, di saat begitu banyak manusia di muka bumi sanggup untuk menusukan pedang bermata dua?
Apakah air mata gemar bersenda gurau dengan sang cinta?
Oh!
Wahai malam yang dingin, aku membutuhkan pelukan yang hangat.
Aku bisa melangkah sendiri, kau sangat tahu itu.
Tapi aku sendiri, tak akan pernah cukup.
Aku tak meminta banyak dari sang malam, hanya pelukan hangat yang ku pinta.
Tahukah kau!
Saat aku terlelap di atas kasurku, aku memimpikan diriku mendekap pundakku dengan penuh kasih.
Namun ada tatapan nanar yang seolah-olah mengasihani keadaanku.
Oh Tuhan!
Aku lelah dan hanya ingin beristirahat saja.
Aku ingin berteriak sekencang-kencangnya, berharap napasku akan kembali.
Asapnya sudah mulai tebal, aku ingin tidur di tengah-tengahnya. Aku ingin bersenandung sedih, menangis dan berharap hari esok akan baik-baik saja.