Voices

Trivena GV
3 min readApr 14, 2019

--

Mereka ada di sini, dimana tak seorang pun bisa melihatnya namun terus mendengarnya dan merasakan kehadirannya. Mereka ada di sini, terkadang berteriak, tertawa, menangis dan termotivasi. Mereka adalah suara dalam pikiran dia yang berpikir dan bertindak.

Saya memiliki segala yang saya inginkan, sanggup membeli segala yang saya inginkan, mampu membuat mereka berada di sekitar saya tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga untuk menarik mereka untuk mendekat. Mereka mencintai setiap perkataan yang saya keluarkan dari mulut saya dan mereka merasa terinspirasi dengan setiap langkah yang saya ambil. Mereka mempercayai teori yang saya tuturkan dan tuliskan dan menikmati waktu berpikir panjang,

Namun di sudut ruangan ini, di tengah begitu banyak orang yang mengitari. Saya merasa sendiri, terbaring di atas tempat tidur, berpikir dan menangis. Inikah yang selama ini saya inginkan, pengikut yang selalu bersama dengan saya. Namun adakah saat dimana saat kami bertemu mereka benar-benar menanyakan “Bagaimana kabar saya?”. Apakah itu hanya sebuah basa basi yang tercipta hanya supaya mereka terkesan perduli dengan keadaan saya. Apakah setiap nasehat yang diberikan memang berdasarkan pengamatan mereka terhadap perilaku saya setiap harinya, ataukah itu hanya sekedar ingatan saat pertama kita berinteraksi.

Saya mampu menjadi apa yang saya inginkan, mencintai diri saya dengan memakai apapun yang saya inginkan. Saya bergaul dengan siapa saja, merasa bahagia dengan intensnya perdebatan, riuhnya sebuah pesta dan percakapan dalan sebuah pertemuan yang luar biasa. Saya merasa luar biasa, mampu meneguk lebih dari 12 shoots tequila tanpa kehilangan akal sehat di sebuah club di Singapore. Saya merasa elegant dengan duduk menghadap sebuah laptop dan menulis semua pemikiran saya dalam sebuah lembar cerita elektronik. Saya merasa tak terkalahkan dan pandai dalam memcahkan setiap puzzle kehidupan dan bersenang-senang di waktu yang bersamaan.

Saya merasa mampu dan didengar, tak terikat dengan begitu banyak pendapat setiap orang diluar sana. Maka dari itu, saya bersuara dengan lantang, bagaimana ada ketidak adilan di tengah masyarakat mengenai budaya toleransi yang rendah. Bagaimana orang pada zaman sekarang sangat mudah untuk menginterpretasikan maksud dari suatu postingan tanpa menganalisis sebuah dasar pemikiran. Suara saya tidak akan pernah tertutup melihat agama yang di tunggangi oleh kepentingan politik, dan bagaimana iklim yang dengan cepat berganti di karenakan pemanasan global, bagaimana anak di pelosok papua, di dalam rimba di kalimantan tak merasakan pendidikan yang cukup layak untuk membantu mereka melihat kehidupan.

Semua suara itu hadir di dalam pikiran saya, seiring saya mencoba menapaki setiap langkah untuk menuju arah kehidupan yang saya targetkan, Seiring satu persatu tujuan hidup saya tercapai, suara itu hadir silih berganti di tengah keramaian dan di tengah kesunyian. Mereka tidak berhenti dan saya tak mengizinkannya untuk berhenti. Mereka yang memaksa saya untuk keluar dari setiap zona nyaman dan kepuasan sesaat yang saya miliki. Mereka adalah saya yang bersemayam dan lahir dari setiap langkah nyata yang saya ciptakan. Mereka bukan orang asing dengan suara bising yang datang kemudian meninggalkan. Mereka adalah saya, yang setiap saat mencari pembenaran dan kesalahan dalam diri saya bagi setiap langkah yang saya ambil.

Apapun suara yang ada di pikiran kita, seberapa menyiksanya atau menyenangkannya mereka. Semua kembali pada kita yang menjadi motor dari diri kita sendiri. Bagaimana setiap suara mengambil peran dalam setiap tindakan, dan dimana kita ingin meletakannya. Pada akhirnya, kitalah yang mengontrol mereka, kitalah yang memilih mana yang akan keluar melalui tindakan dan cara kita memilih setiap langkah. Mereka bisa disana, namun kita yang menjadi penentunya.

Bagaimana menjadi seimbang, mampu menciptakan versi terbaik dari dirimu. Bagaimana dari segala suara kau bisa menciptakan sebuah tindakan terbaik bagi dirimu dan sekitar. Bagaimana kau menjadikan itu sebagai alat agar kau tetap bertahan untuk melangkah dari satu pintu ke pintu yang lainnya.

Don’t let them control you, you control your own game.

--

--

Trivena GV
Trivena GV

Written by Trivena GV

Vinyasabyvena.com | Yoga Teacher | Practice Stoic in daily life | Varies in nature and art of life | There is no one-size-fits all to live your best life

No responses yet