Wanita Dalam Percintaan: Berlaku Lemah Agar Dia Kuat
Banyak perspektif dari setiap wanita saat mereka menjalin sebuah hubungan. Namun apakah yang sebenarnya terjadi dalam sebuah hubungan?
Saya tidak mewakilkan banyak wanita, tulisan ini pun tak berdasarkan data yang cukup, bukan pula hasil dari sebuah peneltian mengenai wanita pada umumnya. Tulisan ini hanya beberapa penggalan kejadian yang sering terjadi beberapa kali dan terus terulang saat saya menjalani hubungan. Tolong jangan merasa terhakimi jika kau seorang Wanita, karena saya menunjuk pada wanita yang ada dalam diri saya.
Berkata mengenai kemandirian sebagai seorang wanita, saya cukup mandiri dalam menjalankan banyak aktifitas. Mampu mengeksekusi setiap rencana bisnis dan menjalani gaya hidup yang sehat maupun tidak. Saya mampu menghasilkan jumlah uang yang tidak kalah banyaknya dengan teman-teman pria saya. Saya mampu tinggal di tempat yang layak dan cukup untuk menunjang wajah sosial. Saya mampu mengemukakan pendapat yang berbeda saat berada di lingkungan yang terkesan mengekang dan menekan. Saya tidak mudah jatuh oleh sepenggal atau setumpuk kata sindiran dan meremehkan.
Namun saat malam menyapa, kota mulai terasa sangat sepi, dan tak mendengar hembusan napas lainnya di samping saya saat sedang berbaring, saat itulah saya tahu kalau ada sosok rentan di dalam diri yang pun tetap membutuhkan seorang pendamping. Saya menjelajah bagai seorang penyendiri, merasa tak membutuhkan siapa pun karena sendiri pun saya mampu untuk mencapainya. Namun ada teriakan dalam diri, dari hati dan jiwa yang merasa sendiri.
Memulai jalan baru untuk mencintai satu jiwa, setelah sekian lama berjalan di atas kaki sendiri. Membawa begitu banyak emosi baru yang terkadang menutupi akal sehat. Beberapa kali logika merasa terguncang, ego untuk memiliki kian meluap ke permukaan. Bagaimana untuk menjelaskan kondisi saat hatimu terasa lemah namun pikiran berkata pergi, namun tubuh tak sanggup untuk beranjak karena lunglai tanpa alasan yang rasional.
Mencintai menjadi kegiatan yang sungguh berat, melelahkan dan menjatuhkan. Seorang wanita yang sanggup berdiri di atas kakinya, kini selalu meminta pertolongan dari prianya, seakan tak mampu melakukan segalanya seorang diri.
Jika bisa untuk sekedar betanya pada wanita lainnya, ingin sekali melayakan pertanyaan yang cukup menumpuk di kepala ini.
Adakah di luar sana wanita lain yang saat sendiri sangat yakin pada dirinya namun kini menginginkan validasi dari prianya?
Seharusnya selalu melihat rupanya dengan kebanggaan dan kepercayaan diri, namun kini merasa umur telah merenggut segalanya?
Mengerti jalan keluarnya namun menunggu-Nya untuk menunjukan arahnya?
Dulu, hal-hal di ataslah yang selalu melayang dalam pikiran. Meletakan pengertian yang menitik beratkan kelemahan karena memulai sebuah hubungan. Namun sebenarnya itu hanyalah fase transisi, wanita yang terbiasa berdiri di kaki sendiri kini membagi kehidupannya bersama dengan seorang pria yang akan selalu ada untuk berbagi.
Di saat segalanya terkesan jauh, ada dia disamping yang tetap tegas memberikan semangat bahwa aku adalah wanita yang memiliki pendirian dan berani, bukan karena dia di samping tapi karena itulah aku bahkan sebelum bertemu dengannya.
Disaat tak lagi merasa cantik dan muda seperti dulu, ada dia di samping yang bangun setiap pagi, mengecup bibir dan menyentuh permukaan wajah dan terus berkata “Selamat pagi cantik”, Mendampingi untuk saling merawat kesehatan setiap harinya.
Di saat segalanya terkesan sulit dan dan segala jalan telah di coba namun tak kunjung menemukan pintu yang tepat, ada dia di samping yang menemani dalam mengevaluasi dan berbagi pendapat bagaimana kita bisa mencapainya bersama, bagaimana kita bisa mencapai tujuan yang sama.
Ini bukan mengenai siapa yang akan bertingkah selemah mungkin dan siapa yang akan menguatkan. Namun bagaimana kedua insan yang berbeda mampu menyatukan langkah dan menjadi satu. Walaupun pada akhirnya kita adalah dua tubuh yang berbeda namun tulang rusuk kita tetaplah sepasang yang hanya saja berada di tempat berbeda.
Maka ini bukan lagi mengenai Aku akan menjadi lemah agar kau terlihat kuat. Ini adalah kita yang berlaku secara natural sebagai layaknya seorang manusia, bukan tuntutan dari budaya dan doktrin. Kau bisa jatuh dan menangis dan aku akan duduk bersama, menangis bersama, dan kembali berjalan bersama. Mungkin sekarang aku yang terus menerus terlihat lemah, namun aku cukup mengerti bahwa ini adalah proes pendewasaan pribadi dan hubungan yang sedang di jalani.
Jika ada di luar sana yang sedang bergulat dengan hal seperti ini, ketahuilah bahwa tak ada yang perlu terlihat lemah agar yang lainnya terlihat kuat. Bergeraklah pada porsi yang seharusnya, berlakulah secara natural, jangan menahan hanya karena ketakutan yang tak ada artinya. Bukankah hubungan kedua insan tak hanya mengenai bahagia semata?
Keduanya kuat dan keduanya pun lemah, namun keduanya selalu menemukan jalan keluar dan pelajaran. Karena mereka berdua bukanlah dua insan lagi melainkan satu.