Wanita di Sudut Kota

Trivena GV
1 min readAug 8, 2019

--

Jika menjadi pusat dari jagat raya adalah sebuah bahagia, maka sudut kota menjadi sebuah tenang yang tak terlihat.

Banyak jiwa yang terlihat lelah namun berusaha untuk tertawa. Ada pun hati yang kosong dan mengosongkan feed instagramnya. Namun apakah kalau kau sendiri, kau sanggup mengosongkan jiwa dari hiruk pikuk semesta?

Kau mungkin mengambil posisi terbaik di sudut kota, namun apakah pikiranmu berhenti memikirkan pembicaraan sang semesta?
Andai ada 10 menit dari waktu yang kau simpan, untuk sejenak memikirkan bagaimana kabarmu hari ini (yang aku maksud kamu, bertanya dan bercakap dengan dirimu).

Karena layar kecil itu cukup membawa semesta tepat di depan matamu. Jadi, adakah alasan sudut kota menjadi pilihan terbaik untuk mendapat ketenangan. Saat ketenangan adalah perputaran yang tenang dan hangat yang kau letakan di dalam gravitasi pikiranmu.

Bukan semesta saja yang salah karena terlalu banyak berbisik dan bahkan berteriak. Namun hanya kamulah yang tak coba berhenti sejenak untuk mencari indahnya sudut kota. Coba berjalan, mungkin ada daun yang gugur dan berharap untuk kembali pada pohonnya lagi.

Apakah daun yang gugur menjadi alasan kau untuk menikamati sudut kotamu? atau mungkin kau membutuhkan air mengalir dan menghempas kakimu yang tak menggunakan alas sehelaipun, secara perlahan.

Dirimu mungkin bukanlah semesta, dan semesta tak berasal darimu. Namun kau adalah bagian darinya, mungkin bercerita dengannya bukan pilihan buruk. Namun kata sang pencipta kamu memiliki pilihan, untuk berbincang dengan siapapun dan apapun.

Jangan terikat dengan yang mudah terlihat ataupun yang terdengar di ujung telinga. Kadang kebaikan hidup datang dari jiwa yang bertanya.

--

--

Trivena GV
Trivena GV

Written by Trivena GV

Vinyasabyvena.com | Yoga Teacher | Practice Stoic in daily life | Varies in nature and art of life | There is no one-size-fits all to live your best life

No responses yet